Pelaku Penusukan Wiranto Foto Dok. : Twitter/irhamrajasa |
Setelah adanya agresi penusukan oleh pasangan yang sudah menikah kepada Menko Polhukam Wiranto, banyak sekali media massa melaporkan hampir setiap hari untuk menangkap jaringan teroris.
Tindakan semacam ini memang sering terjadi, dan sepertinya telah menjadi pola. Jika satu muncul, yang lain akan muncul. Seperti menjadi semacam pola. Dan jikalau ini memang sebuah pola, maka itu harus menjadi kewaspadaan bagi kita semua.
Mungkin kita masih ingat para napi terorisme yang mencoba mengambil alih Mako Brimob beberapa tahun yang lalu. Berada di sel ini sepertinya menjadi pesan bagi jaringan teroris untuk bergerak. Tak usang kemudian, agresi teror muncul, di banyak sekali kawasan termasuk ledakan bom di beberapa gereja di Surabaya. Yang lebih mengejutkan, bom di Surabaya dilakukan oleh satu keluarga.
Pekan lalu, sesudah munculnya jaringan JAD yang mencoba menikam Wiranto, densus 88 terus melaksanakan penangkapan di mana-mana. Apakah kelompok teroris ini ingin merencanakan sesuatu, dan digagalkan oleh Densus 88? Kami tidak tahu. Yang jelas, kemunculan jaringan terorisme ini mengatakan bahwa benih-benih radikalisme dan intoleransi di Indonesia masih dipertahankan.
Di bawah kondisi-kondisi ibarat ini, seharusnya tidak ada lagi penyebaran kebencian, yang bersifat provokatif. Tidak ada lagi penyebaran gosip palsu, yang sanggup membingungkan publik.
Ingat, kita yaitu insan yang diciptakan oleh Allah SWT, yang mempunyai posisi yang sama, yang harus sanggup berinteraksi satu sama lain, memahami, dan saling membantu.
Karena Tuhan membuat insan sebagai makhluk sosial yang tidak sanggup hidup sendiri. Untuk alasan ini, interaksi menjadi suatu keharusan dalam kehidupan sosial.
Kita semua yaitu masyarakat yang intinya toleran dan terbuka terhadap perubahan zaman. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, toleransi di Indonesia yaitu pola di banyak negara.
Meskipun tidak sanggup dipungkiri, toleransi ini sering menerima gangguan dari kelompok-kelompok intoleran dan jaringan terorisme di Indonesia. Mereka terus membuatkan gangguan dan teror, sehingga kerukunan dan keramahtamahan yang telah terjadi berpotensi terganggu.
Karena itu, ini tidak boleh diabaikan. Sekali lagi, jangan diam. Penyebaran propaganda radikal di Indonesia harus dihentikan, tidak boleh dibiarkan begitu saja. Jangan menjadi orang yang pasif.
Jadilah orang yang aktif untuk membuatkan pesan perdamaian, membuatkan nilai-nilai kearifan lokal, dan permintaan untuk terus mempromosikan persatuan.
Indonesia yaitu negara besar dengan sumber daya alam dan budaya yang melimpah. Negara ini akan sangat dirugikan, jikalau rakyat saling bentrok alasannya yaitu provokasi radikalisme dan intoleransi. (kmps)
Sumber https://info-socmed.blogspot.com/